Selasa, 09 Oktober 2012

SEJARAH PASUKAN GAJAH MENYERANG MAKKAH



Makkah, di penghujung  Februari 571 M. Hari ini tepat 50 hari sebelum nabi Muhammad saw lahir, ketika 6 ribu tentara berduyun-duyun mendatangi Makkah untuk menghancukan Ka’bah. Pasukan itu dipimpin Abrahah bin ash-Shabbah al-Hasbasyi, penguasa yang menjadi bawahan an-Najasyi di negri Yaman.
Abrahah sangat bernafsu meluluhlantakkan Ka’bah. Mengapa? Karena ia terganggu dengan kehadiran banyak orang ke Ka’bah. Seperti diketahui saat itu Abdul Muthalib menjadi pemimpin Makkah. Ia sangat mencintai Ka’bah seperti yang diperintahkan nenek moyangnya, nabi Ibrahim as. Ia berusaha sekuat tenaga untuk melindungi Ka’bah. Orang-orang pun berbondong-bondong mendatangi Ka’bah sebagai tempat ibadah meski tak sesuai lagi dengan ajaran nabi Ibrahim as. Karena mereka menyembah berhala di sekitar Ka’bah.
Ini tidak disukai Abrahah. Ia merasa jengkel. Abrahah berada dibarisan terdepan sebagai orang yang membenci Ka’bah. Sebagai pengalih perhatian orang-orang, ia membangun sebuah gereja berlapis emas, di kota Shan’a, untuk menandingi Ka’bah, tetapi hanya sedikit orang yang datang.
Abrahah marah, ia bertambah geram ketika mengetahui pada suatu malam, seseorang dari Bani Kinanah berhasil masuk ke gerejanya. Orang ini masuk ke gereja dengan cara mengendap-endap, lalu melumurkan kotoran ke pusat kiblat gereja tersebut. Amarah Abrahah tidak tertahakan lagi. Ia pun berniat menghancurkan Ka’bah dengan pasukan gajahnya.
Abrahah segera memerintahkan panglimanya untuk segerah menyiapkan 6.000 prajurit dan sembilan atau 13 ekor gajah untuk menyerang Ka’bah. Persiapan perangpun dilakukan. Semua perlengkapan perang dikeluarkan dan dibawa untuk menghancurkan Ka’bah. Setelah siap, pasukan Abrahah pun berangkat menuju Makkah.
Abrahah berada paling depan, memimpin pasukan dengan penuh kesombongan. Ia mengendarai gajah yang paling besar bernama Mahmud. Tubuh gajah yang besar membuat bumi seolah terguncang ketika kaki hewan-hewan tersebut serentak menjejak tanah.
Abrahah menghiasi pasukan gajahnya dengan kain-kainan. Ia sangat yakin dengan sekali gebrakan, Ka’bah akan hancur oleh pasukan gajah yang dimilikinya. Iring-iringan pasukan Ka’bah terus mendekati Makkah. Mereka yakin akan mampu meluluhlantakkah Ka’bah hingga berkeping-keping.
Kabar pasukan gajah didengar oleh penduduk Makkah. Suasana kota mencekam. Orang-orang Quraisy melarikan diri ke bukit dan gunung menghindari ancaman yang segera datang. Seketika itu juga suasana Makkah hening. Makkah seperti kota mati tiada berpenghuni.
Pasukan gajah kian mendekati Makkah.  Setibanya mereka di Wadi Muhasir, wilayah yang berada di antara Muzdalifah dan Mina, terjadi sebuah peristiwa aneh. Ketiga belas gajah itu tiba-tiba berhenti, tak mau berjalan lagi, mereka kemudian duduk di atas padang pasir yang tandus. Sesekali belalai mereka dikibas-kibaskan untuk mengusir debu yang diterbangkan angin.
Gajah-gajah itu pun tidak mau berjalan menuju Ka’bah. Setiap diperintahkan berjalan menuju ke arah selatan, utara, dan timur, gajah-gajah itu bangun dan berlari. Namun apabila diarahkan ke Ka’bah, gajah-gajah itu duduk dan tidak mau berjalan. Abrahah dan bala tentaranya heran. Mereka bingung, tak tahu apa yang terjadi dengan gajah-gajah itu.
Di tengah kegalauan mereka, tiba-tiba muncul burung-burung yang berterbangan di atas pasukan gajah. Jumlahnya cukup banyak. Abrahah dan bala tentaranya terkesima. Kepala mereka mendongak ke langit. Burung-burung itu berbentuk laksana besi berpengait (khathathif) dan lekukan tubuhnya seperti bentuk kacang adas (balsan).  Suara dengungan terdengar kencang, hingga membuat pasukan Abrahah menutup telinganya dengan tangan.
Saat pasukan abrahah masih terkesiap, tanpa diduga, burung-burung itu memuntahkan bebatuan yang terbakar. Abrahah dan pasukannya terkejut. Mereka kocar-kacir.  Berlarian lintang pukang tak tentu arah untuk menyelamatkan diri.
Setiap burung melemparkan tiga buah batu, satu di paruh dan dua di kakinya. Bila batu itu mengenai seseorang, tubuh orang itu akan berlubang seperti daun dimakan ulat. Tidak semua dari mereka terkena lemparan batu. Diantara pasukan Abrahah itu ada yang dapat melarikan diri, tetapi karena berdesakan, banyak dari mereka yang terjatuh dan terinjak oleh temannya sendiri yang juga berlari menyelamatkan diri.
Abrahah berhasil menyelamatkan diri. Namun, setibanya di shan’a, ia menderita peyakit aneh, peresendiannya lepas satu per satu. Abrahah seperti anak burung yang terbelah dadanya, hingga jantungnya menyembul keluar, lalu mati.
Peristiwa ini dengan cepat menyebar hingga terdengan di Romawi, Persia, dan Habasyah. Dunia pun gempar, hampir tidak mempercayai kejadian itu. Mereka heran dengan peristiwa yang menimpa Abrahah dan pasukannya. Apa yang sebenarnya terjadi? Mereka tak menduga jika Abrahah yang seorang Raja termahsyur dan mempunyai pasukan gajah bisa kalah dan gagal menghancurkan Ka’bah.
(Sumber: THE GREAT STORY OF MUHAMMAD SAW. REFERENSI LENGKAP HIDUP RASULULLAH SAW DARI SEBELUM KELAHIRAN HINGGA DETIK-DETIK TERAKHIR)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar