Rabu, 03 Oktober 2012

HUBUNGAN IDUL FITRI DAN IDUL ADHA

-->
Umat Islam mengenal dua Hari Raya yang dirayakan setiap tahun, yaitu hari Raya Idul Fitri dan Hari Raya Idul Adha. Ternyata dua hari raya yang berbeda ini mempunyai Relasi (Hubungan) yang sangat erat sekali. Dedi Suharto dalam bukunya yang berjudul Keluarga Qur’ani : Meneladani Ibrahim as., Membangun Keluarga Sukses Bahagia, Membagi hubungan dua hari raya ke dalam dua aspek tinjauan, yaitu:
1.      Relasi Dua Rukun Islam
Pertama, relasi dua hari raya merefleksikan relasi dua rukun Islam, yaitu rukun Islam tentang beribadah puasa dan rukun Islam tentang beribadah haji. Bila berkenaan dengan hari raya Idul Fitri, kita melaksanakan ibada puasa Ramadhan selama satu bulan penuh sebelumnya, sedangkan berkaitan dengan hari raya Idul Adha, sebagian masyarakat muslim, yang mampu dan berkesempatan, menunaikan ibadah haji di Mekkah.
Relasi dua rukun Iman ini menarik mengingat kedua ibadah utama ini memiliki karakteristik istimewa yang berbeda. Ibadah puasa terkenal dengan pengajaran pengendalian diri atau bersifat internal, sedangkan ibadah haji terkenal dengan pengajaran untuk berkumpul dengan komunitas muslim lainnya dan berinteraksi atau bersifat eksternal. Ibadah puasa merupakan sarana latihan sedangkan ibadah haji merupakan sarana pembuktian. Ibadah puasa merupakan ibadah yang pahalanya tidak secara pasti dapat ditentukan, mengingat Allah swt. sendiri yang akan langsung membalasnya, sedangkan ibadah haji merupakan ibadah yang jaminannya sudah pasti, yaitu surga.
Dengan demikian kita mendapatkan relasi antara ibadah puasa dan ibadah haji yang menarik, yaitu:
a)      Ibadah puasa dan ibadah haji merupakan dua ibadah yang berkaitan. Ibadah yang satu merupakan landasan bagi yang lainnya dan yang lainnya merupakan kelanjutan dari yang pertama
b)      Ibadah puasa merupakan fondasi bagi pelaksanaan ibadah haji dan ibadah haji merupakan kelanjutan dari ibadah puasa. Hal tersebut tidak menafikan bahwa masing-masing ibadah ini dapat dilakukan secara terus-menerus di luar relasi tersebut setelah relasi dan pola hubungan kedua ibadah tersebut telah terunaikan dengan baik
c)      Ibadah puasa memberikan landasan konsepsional sehingga lebih bersfat abstrak, sedangkan ibadah haji menggambarkan praktik dalam kehidupan nyata sehingga lebih bersifat konkret
d)     Ibadah puasa akan menghasilkan keikhlasan dan takwa (kesalehan pribadi) sedangkan ibadah haji akan menghaslkan al-birr atau kebajikan (kesalehan sosial)
e)      Ibadah puasa terfokus kepada pembentukan pribadi seorang muslim sehingga hasilnya diharapkan dapat menjadi bahan pembentukan masyaakat muslim, sedangkan ibadah haji terfokus kepada pembentukan masyarakat muslim tersebut.

2.      Relasi Takwa dan Al-birr (Kebajikan)
Kedua, relasi dua hari raya merefleksikan relasi dua konsep besar dalam Islam, yaitu konsep takwa dan konsep kebajikan (al-birr). Bila ibadah puasa Ramadhan selama satu bulan, yang karenanya kita merayakan Idul Fitri, bertujuan agar kita menjadi takwa, maka ibadah haji yang dengannya kita merayakan Idul Adha, bertujuan agar kita yang bekesempatan melaksanakan ibadah haji menjadi orang yang berbakti karena hajinya penuh dengan kebajikan.
Relasi kedua konsep besar ini menarik karena keduanya memiliki karakteristik yang berbeda. Konsep takwa lebih abstrak sedangkan konsep al-birr lebih konkret. Konsep takwa pada dasarnya konsep nilai, sedangkan konsep al-birr merupakan konsep praktik. Konsep takwa bernuansa keagamaan sedangkan konsep al-birr bernuansa kemanusiaan.
Dengan demikian kita mendapatkan relasi antara konsep takwa dan konsep al-birr yang menarik, yaitu:
a)      Konsep takwa dan konsep al-birr merupakan dua konsep yang berkaitan, yang satu merupakan landasan bagi yang lainnya dan yang lainnya merupakan kelanjutan dari yang pertama
b)      Takwa merupakan fondasi bagi al-birr dan al-birr merupakan kelanjutan dari takwa. Hal tersebut tidak menafikan bahwa masing-masing konsep ini dapat diterapkan secara terus menerus di luar relasi tersebut setelah relasi dan pola hubungan kedua konsep tersebut telah tertunaikan dengan baik.
c)      Takwa lebih bersifat umum dan abstrak, sedagkan al-birr lebih bersifat khusus dan konkret.
d)     Takwa lebih cenderung kepada kesalehan pribadi, sedangkan al-birr merupakan kesalehan sosial.
e)      Takwa lebih bersifat transendental, sedangkan al-birr lebih bersifat horizontal.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar