My Share
Jumat, 29 Maret 2013
IBU
Rabu, 23 Januari 2013
JAKARTA BANJIRR... JANGAN NYALAHIN SIAPA-SIAPA!! TAPI INTROSPEKSI DIRI KITA AJA
JAKARTA BANJIRRR... JANGAN NYALAHIN SIAPA-SIAPA!!
TAPI INTROSPEKSI DIRI KITA AJA
Sobat bloggers, tentu kita semua prihatin atas bencana banjir yang menimpa Jakarta di pertengahan Januari 2013 kemaren ya... Hampir semua aktivitas kota lumpuh alias mati. Belum lagi jatuhnya beberapa korban jiwa. Kata beberapa pengamat banjir itu lebih besar dari banjir Jakarta 2007.
Di media di sebut kerugian materil dari banjir itu sampe 2 Triliyun. Wooowww.... Luar Biasa.... angka yang fantastis untuk kerugian yang ditimbulkan dari sebuah bencana banjir. Curah hujan yang tinggi di Jabodetabek dan air kiriman dari Bogor disebut-sebut sebagai faktor utamanya. Kenapa ya koq bisa banjir hebat kaya gini? Kalo kaya gini siapa yang salah? Apa kita mau nyalahin om Jokowi dan om Ahok..?? ah... jangan lah main salah-salahan. Kan kata orang bijak janganlah kita saling salah-menyalahkan tetapi harus introspeksi diri kita masing-masing. Betul ngga sobat bloggers???!!!. Kalo saya sih SETUJUUU...
Ya udah sobat bloggers... saya akan coba introspeksi diri saya sendiri dan untuk kita semua. Mudah-mudahan introspeksi ini ada manfaatnya.
Istilah dari SD yang sering kita denger dan paling populer yang di ajarin sama bu Gulu (Bu Guru maksudnya, maklum...waktu SD gw masih cadel... dan sampe sekarang, he..) yaitu “Buanglah Sampah Pada Tempatnya”. Saya yakin kita semua masih inget kalimat sederhana ini, tapi kayanya prakteknya tidak sesederhana kalimatnya. Betul ngga sobat bloggers?
Entah karena sarana tempat sampahnya yang ngga ada atau emang kita yang males untuk ngebuang sampah di tempat sampah, tapi itulah kebiasaan kita. Sedikit demi sedikit lama-lama jadi bukit. Kita ngga usah ngomongin masyarakat yang tinggal di bantaran sungai trus buang sampah ke kali, itu mah semua orang juga udah pada tau. Tapi coba kita liat kalo orang-orang yang naik mobil waktu masuk pintu tol. Pas mereka terima karcis tol kebanyakan dari mereka udah langsung ngebuang tuh karcis di jalan tol sebelum kaca jendela ditutup.
Hal kaya gini kan artinya semua lapisan masyarakat dari yang bawah sampai yang kelas atas punya prilaku “ringan tangan” yang sama. Dengan ringannya kita buang sampah di mana aja sesuka kita. Kalo dengan adanya banjir dahsyat kaya gini tapi saya dan kita semua belum ngerubah sifat “ringan tangan” kita, wah....bener-bener Ter..... La..... Lu..... !!!!
Yang kedua menurut saya yang harus di introspeksi adalah kepekaan sosial kita kepada lingkungan. Kita tahu pemerintah udah bikin banjir kanal. Yang namanya banjir kanal itu saluran air raksasa atau saluran air yang gede buangget... Nah air limbah dari rumah kita masing-masing kan ngga langsung terjun ke banjir kanal, air limbah itu harus ngelewatin saluran-saluran air yang kecil (got, selokan), abis itu masuk ke saluran air yang ukuran sedang (sungai atau kali), nah abis itu baru deh tuh limbah masuk banjir kanal yang udah di bikin pemerintah dengan biaya ampe Trilyunan yang nol nya bejibun.
Kadang kita sebagai anggota masyarkat tidak memiliki kepekaan dan inisiatif kalo melihat selokan-selokan di sekitar rumah dan lingkungan kita mampet dan ngga ngalir. Hal kaya gini kan udah tanda-tanda tuh kalo ujan pasti banjir. Jangankan ujan, kadang gerimis dikit aja udah meluap ke jalanan. Iya kan!!! Nah maka nya kita harus nge-benerin tuh sifat kita tentang kepekaan dan kebersihan lingkungan. Setuju semua ya..!!
Minimal dua aja dulu deh yang saya dan kita semua harus introspeksi. Kalo sobat bloggers bisa introspeksi lebih dari dua, lebih bagus, jadinya kemungkinan Jakarta banjir di tahun-tahun berikutnya bisa diminimalisir.
Tapi boleh dong kalo saya udah introspeksi diri saya trus saya agak mengkritik pemerintah. Ini bukan mau nyalahin om Joko dan om Ahok lho!!! Kasihan mereka baru menjabat 100 hari trus dikasih warisan banjir kaya gini. Kalo saya pribadi sih nge-dukung program-program mereka yang udah di sampein ke masyarakat untuk ngatasin banjir.
Kritikan pertama buat pemerintah DKI khusunya. Pemda DKI tuh ngga mau ngedengerin nasehat orang pinter. Orang pinter disini yang saya maksud adalah ahli tata kota dan ahli-ahli terkait. Saya sih ngga tau apa-apa tapi saya cuma suka merhatiin kalo ahli tata kota dan ahli-ahli terkait lagi ngomong.
Beberapa waktu lalu waktu ada kejadian amblesnya jembatan akses ke pelabuan tanjung priuk siapa yang mau disalahin? Semuanya kebakaran jenggot. Semua media langsung memburu dan mewawancarai para ahli terkait. Hal ini pada waktu itu sempet booming cukup lama, tapi lama kelamaan semua terlupakan lagi dan pasti baru booming lagi kalo ada kasus lagi.
Kata para ahli, pemerintah udah di nasehatin dari dulu tapi ngga mau denger. Jangankan jembatan, koja aja menurut para ahli bakalan tenggelem di tahun 2050, karena memang dibeberapa wilayah di Jakarta terjadi penurunan tanah atau daratan yang cukup drastis kaya di daerah kelapa gading, muara baru, pluit, koja, dan daerah sekitarnya deh. Jadi kalo di liat-liat banyak wilayah di Jakarta yang posisinya udah berada di bawah permukaan air laut bahkan banyak yang sampai satu meter lebih di bawah permukaan air laut. Nah kalo usulan penyelesaian masalah para ahli cuma dianggap angin lalu, wah... siap-siap aja bisa-bisa Jakarta yang akan menjadi masa lalu.
Nah kalo untuk masalah banjir gimana? Jakarta udah kebanyakan mall. Banyak para ahli yang mengkritisi kebijakan pemerintah yang dengan gampang ngasih ijin ke pusat perbelanjaan dan mall-mall untuk berdiri. Padahal banyak lahan tempat berdirinya pusat perbelanjaan dan mall-mall itu adalah tempat untuk serapan air dan ruang terbuka hijau. Kalo tanah udah di beton semua air mau ngalir kemana? Ya pasti larinya ke jalan-jalan lah!! Nah lho... siapa yang salah tuh? Ngga mau nuduh ah... ntar dosa lagi..!!
Tapi untungnya om Joko udah bilang untuk masa jabatannya dia, ngga ada lagi mall yang boleh berdiri lagi. Horeee...!!!!
Belom lagi kalo mau ngomongin pengambilan air tanah secara besar-besaran oleh gedung bertingkat yang mengakibatkan tanah di Jakarta mengalami penurunan. Hiii.... sereeeemmmzzz...
Ya udah sebaiknya sekarang kita semua berdoa supaya saya dan kita semua elemen masyarakat, baik masyarakat biasa, pemerintah dan para pengusaha cepet diberi hidayah untuk sadar dan mencintai lingkungan di sekitar kita terutama kota Jakarta yang sama-sama kita cintai ini. Mudah-mudahan dengan sadarnya kita bersama musibah yang seperti ini tidak akan menimpa kita lagi.
TEKNIK PRESENTASI
TEKNIK PRESENTASI
Ada beberapa hal yang harus di lakukan agar presentasi yang anda lakukan bisa berjalan dengan sukses. Cara ini terdiri dari sebelum dan pada saat presentasi :
Sebelum Presentasi
Setidaknya ada 5 hal yang harus di persiapkan sebelum melakukan presentasi agar presentasi berjalan seperti yang anda harapkan.
Menguasai Materi
Rahasia pertama dari kesuksesan sebuah presentasi adalah penguasaan materi. Hal ini sangat penting karena di dalam presentasi anda akan menyampaikan banyak hal. Dalam sebuah materi yang ingin anda sampaikan mungkin anda telah menyusun materi itu selama berminggu-minggu, berbulan-bulan, atau bahkan bertahun-tahun dengan referensi berbagai macam literatur, studi lapangan, atau bahkan penelitian. Dalam waktu beberapa menit, materi yang telah anda pelajari harus anda sampaikan kepada audience secara singkat namun menyeluruh dengan tujuan transfer knowledge sehingga pada akhirnya audience bisa memahami apa yang anda pahami. Tetapi dalam banyak hal, bahasa dan gaya bicara yang anda gunakan bisa menimbulkan banyak interpretasi ketika sampai di telinga audience dan akhirnya akan muncul banyak pertanyaan. Pertanyaan ini tentu akan bisa di jawab ketika anda bisa menguasasi seluruh meteri yang anda sampaikan
Membuat Tampilan Lay Out
Tampilan presentasi atau lay out yang menarik menjadi sangat penting selain untuk memandu anda dalam menyampaikan poin-poin utama yang ingin di presentasikan juga untuk menutupi kekurangan-kekurangan yang ada pada diri anda selama presentasi. Yang perlu diingat dalam menampilkan lay out presentasi adalah jangan menampilkan seluruh kalimat dalam sebuah paragraf atau sebuah tulisan. Yang perlu ditampilkan adalah garis besranya saja. Menambahkan gambar dan sedikit animasi yang tidak berlebihan juga penting agar audience tidak bosan dengan presentasi yang anda sampaikan.
Mengetahui Audience
Sebelum anda tampil menyampaikan sebuah materi sangat baik sekali jika anda bisa mengetahui siapakah audience yang akan mendengarkan presentasi anda. Karena hal itu akan menentukan bagaimana cara anda bicara dan melogikakan materi dengan bahasa anda, bersikap, menyiapkan lay out, berpakaian, dan melakukan gerak tubuh yang sesuai dan tidak berlebihan. Hal yang harus anda ketahui dari audience adalah tingkat pendidikan, jabatan, profesi dan usia.
Mempersiapkan Diri
Penampilan sederhana lebih disukai audience dari pada penampilan yang berlebihan. Penampilan sederhana jangan diartikan dengan penampilan seadanya karena itu adalah dua hal yang berbeda. Sederhana artinya menyesuaikan diri dengan audience, berpenampilan bersih dan rapih, wangi lebih baik atau yang penting tidak mengeluarkan bau badan. Kondisi badan pada saat presentasi harus bisa di pastikan dalam kondisi prima sehingga mendukung gerak dan bahasa tubuh.
Berdoa
Sebaiknya-baiknya anda melakukan presentasi pasti ada hal yang membuat anda tidak puas. Jika anda percaya ada faktor “X” yang menentukan keberhasilan diluar kemampuan anda yang sempurna atau yang menentukan keberhasilan diluar apa adanya penampilan anda selama presentasi, maka percayalah faktor X itu adalah campur tangan Tuhan. Maka merupakan suatu kewajiban bagi anda untuk memohon doa kepadaNya sebelum presentasi dimulai.
Pada Saat Presentasi
Percaya Diri
Menjadi hilang entah kemana materi yang sudah anda kuasai ketika rasa percaya diri anda tidak muncul pada saat presentasi. Siapapun audience yang anda hadapi pada saat presentasi, sekalipun itu pejabat atau profesor yang mengetahui banyak hal, maka anda harus bisa mensugesti diri anda bahwa mereka tidak tahu-tahu apa-apa tentang materi yang di sampaikan selain diri anda sendiri yang tahu. Hal ini tentu akan memunculkan rasa percaya diri yang cukup sehingga presentasi berjalan sesuai dengan yang telah direncanakan.
Penekanan Nada Suara
Usahakanlah presentasi dilakukan dengan artikulasi setiap kata yang jelas dan nada yang bisa didengar oleh setiap audience. Terkadang perbedaan tinggi rendahnya nada dalam beberapa kata atau kalimat yang disampaikan akan menimbulkan miss presepsi atau efek pemahaman yang berbeda dari setiap audience. Tentunya hal ini tidak anda inginkan, karena yang diinginkan adalah presepsi dari audience sama dengan prespsepsi apa yang anda sampaikan. Selain itu menekan dengan nada tertentu sebuah kata atau sebuah kalimat dengan tujuan secara tidak langsung memaksa audience untuk menyetujui apa yang kita katakan juga penting.
Menyapu Pandangan ke Seluruh Audience
Arahkanlah pandangan anda ke seluruh sudut ruangan yang di penuhi oleh audience secara bergantian dalam waktu tertentu. Misalnya arahkan pandangan anda ke depan 2 menit, ke samping kiri 2 menit, ke samping kanan 2 menit, atau kombinasikan arah-arah itu sesuai dengan waktu yang anda anggap nyaman untuk melakukan hal itu yang disesuaikan juga dengan materi yang anda sampaikan. Hal ini akan membuat seluruh audience yang ada di dalam ruangan merasa di hargai oleh anda dan anda tidak akan di cap sebagai pembicara yang kaku. Hal ini lebih baik lagi jika anda sesekali mendekat ke beberapa sudut audience.
Fokus Pada Poin
Hal yang anda sampaikan harus fokus dan jangan melebar terlalu jauh dari materi utama dan poin yang telah anda tulis di lay out. Pembicaraan yang melebar terlalu jauh tentu akan menyulitkan anda sendiri karena akan timbul banyak pertanyaan dari audience. Anda juga harus berani mengatakan jika ada audience yang bertanya jauh di luar materi yang anda sampaikan.
Menggunakan Bahasa Tubuh
Sesekali gerakkanlah beberapa organ tubuh anda seperti tangan sehingga terbentuk bahasa tubuh yang sesuai untuk mendukung penyampaian materi yang anda lakukan.
Menutup Presentasi
Di penghujung presentasi ucapkanlah terima kasih kepada audience yang sudah mendengarkan presentasi anda. Hal ini selain sangat beretika juga akan membuat anda terlihat elegan di hadapan audience.
Senin, 21 Januari 2013
GARUDA DI DADAKU, NASIONALISME MURNI HANYA SEBATAS PAGAR GELORA BUNG KARNO
GARUDA DI DADAKU, NASIONALISME MURNI HANYA SEBATAS PAGAR GELORA BUNG KARNO
Sorak sorai keceriaan dan keramaian hampir bisa di pastikan ada di stadion sepak bola Gelora Bung Karno atau yang biasa kita sebut dengan GBK di kala Tim Nasional Sepak Bola Indonesia bertanding melawan Tim Nasional negara lain untuk membela merah putih. Ribuan bahkan jutaan orang Indonesia rela mengorbankan banyak hal untuk melihat pertadingan yang sangat menyita emosional semangat nasionalisme itu. Mulai dari uang untuk membeli segala atribut yang berkaitan dengan Timnas sampai waktu dan tenaga untuk datang bermacet-macetan menuju Stadion GBK. Bukan hanya itu penonton yang di rumah pun mungkin harus berebut remote TV dengan anggota keluarga yang lain untuk memilih channel yang menayangkan siaran sepakbola itu. Begitu besar rasa cinta kita terhadap Negara Republik Indonesia yang kita cintai ini yang kita wujudkan melalui dukungan terhadap Tim Nasional sepakbola Indonesia.
Tapi pernahkah kita meluangkan waktu untuk merenung sejenak dan mengingat kembali pelajaran sewaktu kita duduk di bangku SD atau SMP untuk sekedar mereview kembali apa itu Garuda yang menjadi simbol negara kita.
Tentu kita semua akan selalu ingat bahwa di dalam dada Garuda tertanam Pancasila atau jika di artikan ke dalam bahasa Indonesia adalah Lima dasar. Poin penting atau garis besar dari lima dasar itu adalah KeTuhanan, Kemanusiaan, Persatuan, Kerakyatan, dan Keadilan sosial. Itu artinya jika kita menjunjung tinggi dan sangat membanggakan Garuda yang menjadi simbol negara kita atau yang sering kita teriakkan dengan sebutan “GARUDA DI DADAKU” tentu selain menghafalkan kita juga harus memahami dan mengaplikasikan Lima dasar Pancasila tadi di dalam kehidupan bermasyarakat.
Banyak di antara kita yang sangat senang sekali menyanyikan lagu “Garuda Di Dadaku” tetapi jarang sekali yang mengaplikasikannya secara keseluruhan. Kalau kita melihat fenomena yang ada di tengah-tengah masyarakat kita yang sering terjadi kerusuhan antar kampung, antar desa, antar etnis, tawuran sekolah, korupsi, penipuan, kekerasan rumah tangga dan sekolah, dan bentuk aksi kriminal dan tindakan melanggar hukum yang lainnya, hal ini membuktikan bahwa Garuda hanyalah simbol yang terhafal tetapi bukan menjadi simbol yang terpatri di hati.
Betapa indahnya kehidupan bernegara di kawasan Gelora Bung Karno kala laga Timnas yang melakukan pertandingan baik di dalam maupun di luar stadion. Puluhan ribu orang saling sapa, saling rangkul, saling jabat tangan, tertawa bersama, sorak dan sorai satu suara walaupun banyak diantara mereka tidak saling kenal satu dengan yang lain. Tidak ada sekat yang menunjukkan bahwa sebenarnya diantara mereka terdapat banyak perbedaan yang cukup untuk menjadi alasan untuk mereka berpecah belah tetapi yang terjadi adalah sebaliknya, persatuan yang mereka junjung tinggi. Perbedaan yang hadir di tengah-tengah mereka adalah perbedaan agama, suku, ras, aliran kepercayaan, prinsip, dan perbedaan yang lainnya. Mereka secara sadar menutup celah itu dan membuka sekat-sekat di antara mereka sehingga hanya ada satu naungan di bawah sayap Garuda untuk mendukung TimNas. Nasionalisme kebangsaan yang mereka tunjukkan di dalam GBK pada saat itu bisa di katakan Nasionalisme murni yang sangat luar biasa.
Namun sangat di sayangkan jiwa Nasionalisme itu hanya bertahan di sepanjang lingkaran pagar GBK. Sekat perbedaan itu mereka pasang kembali ketika keluar dari lingkungan GBK. Tidak jarang kita melihat seusai mendukung Timnas banyak diantara mereka yang pulang dengan membawa kembali perbedaan masing-masing sehingga di tengah jalan terjadi gesekan antar kelompok yang menimbulkan kerusuhan sehingga merugikan masyarakat yang lain. Hal ini tentu mencederai simbol Garuda yang telah mereka junjung tinggi selama berada di dalam GBK, apakah ini yang disebut nasionalisme angin-anginan? di dalam GBK Nasionalis, di luar GBK anarkis. Masih banggakah kita menyanyikan lagu Garuda Di Dadaku dalam kondisi seperti ini?
Setiap dari kita tentu harus mereview dan mengevaluasi diri kita sendiri untuk mengukur seberapa besar Jiwa Nasionalisme yang telah ada di dalam diri kita. Apakah Nasionalisme kita hanya sebatas di depan TV ketika siaran langsung pertandingan Timnas dan sebatas pagar Gelora Bung Karno atau Nasionalisme itu memang merupakan bagian dari diri kita yang sudah kita aplikasikan di dalam kehidupan sehari-hari? Hanya kita sendiri yang tahu jawabannya.
DI MANA ADA KEMAUAN DI SITU ADA JALAN
DI MANA ADA NIAT DI SITU ADA JALAN
Kejadian ini kira-kira terjadi sembilan tahun yang lalu tepatnya di tahun 2004 ketika aku belum genap satu tahun berkuliah. Walaupun sudah duduk di bangku kuliah tetapi aku masih tetap menjaga hubungan baikku dengan teman-teman sewaktu di SMF (Sekolah Menengah Farmasi atau sekarang lebih dikenal dengan sebutan Sekolah Menengah Kejuruan Farmasi) tidak terkecuali dengan teman-teman ku di Rohis (Rohani Islam). Aku memang cukup aktif di Rohis sewaktu SMF dulu, karena di dalam Rohis lah yang bisa membantu ku untuk lebih mengetahui lebih dalam tentang Agama. Selain karena jumlah jam pelajaran agama yang tidak lebih dari dua jam dalam satu minggu, pendidikan agama di keluarga ku pun biasa-biasa saja yang membuatku memutuskan untuk aktif di Rohis.
Setelah lulus, kami teman-teman Rohis bersepakat untuk tetap berkumpul untuk menjaga silaturrahmi kami. Satu bulan sekali kami berkumpul yang bertempat di rumah masing-masing dari kami secara bergatian. Sampailah tiba saat kami harus berkumpul dan bersilaturrahmi di salah satu teman kami yang bernama Lukman. Selama sekolah aku baru satu kali mengunjungi rumahnya di daerah kalibata. Buat ku jalan menuju rumahnya cukup sulit di hafalkan dalam satu kali kunjungan. Selain karena aku tidak begitu mengenal daerah kalibata, banyak gang yang harus di lalui untuk sampai menuju rumahnya adalah kendala yang aku alami selanjutnya.
Rumahku pada waktu itu ada di wilayah Bungur-Senen, Jakarta Pusat. Yang hanya aku ingat untuk menuju ke rumahnya adalah aku harus sampai di Kampung Melayu terlebih dahulu setelah itu aku tidak ingat lagi angkot (angkutan kota) apa yang harus aku gunakan. Setelah naik angkot itupun aku tidak tahu harus turun di mana dan setelah turun harus berjalan ke mana untuk sampai menuju ke rumahnya aku tidak ingat.
Pagi itu aku putuskan untuk lebih dulu menelpon ke rumahnya sebelum berangkat. Aku ingin menanyakan secara jelas angkot dan jalan yang harus aku lalui. Ternyata telepon ku tidak dijawab.
Beberapa saat kemudian dengan berbekal alamat lengkap rumahnya yang aku hafalkan dahulu sebelum berangkat, aku putuskan untuk menuju Kampung Melayu dengan harapan aku akan menelponnya lagi ketika sampai di sana. Setelah aku sampai di kampung melayu begitu banyak angkot yang melintas di depanku termasuk angkot nomer 16 jurusan Kampung melayu – Pasar minggu melintas di depaku. Secara tiba-tiba aku ingat bahwa angkot itu lah yang harus aku tumpangi untuk menuju ke rumah Lukman. Tanpa menelpon lagi aku langsung naik ke angkot itu.
Kendala selanjutnya yang muncul ketika aku sudah berada di angkot itu adalah di mana aku harus turun? Di dalam angkot aku buka dan cari kembali lembaran-lembaran ingatanku secara cepat sewaktu aku ke rumahnya dulu. Tak butuh berapa lama ternyata aku bisa mengingatnya. Akhirnya aku turun dari angkot kira-kira terlewat 50 meter dari depan gang yang seharusnya aku lalui. Kendala selanjutnya muncul lagi. Setelah melewati gang yang pertama harus gang yang mana lagi yang harus aku lewati? Tetapi perlahan ingatan itu muncul dengan sendirinya. Sampai akhirnya aku sampai di pertengahan gang yang ke tiga.
Ingatanku untuk menuju rumahnya mentok sampai disini. Beberapa kali keluar masuk gang aku lalui dengan wajah yang agak lelah bercampur bingung, tetapi tidak ada petunjuk tanda yang memicu otakku untuk membuka lembaran ingatan peta jalan yang terakhir itu.
Setelah itu aku putuskan untuk kembali menelponnya. Di saat aku ingin menelponnya, tiba-tiba ada seorang Bapak menegurku. “Ade maaf saya liat ade bolak-balik keluar masuk gang, ade kebingungan ya?” tanya bapak itu heran, “iya nih pak... saya lagi nyari alamat” jawabku. Kemudian bapak itu melanjutkan “emang alamatnya di mana?”. Tanpa berfikir lama karena aku sudah menghafalkan alamatnya dengan baik maka aku sebutkan lengkap alamatnya kepada bapak itu. Cukup tekun bapak itu mendengarkan alamat yang aku sebutkan, sepertinya dia cukup memahami alamat yang ku cari-cari. Entah mungkin karena dia ketua RT atau memang dia penghuni senior wilayah itu? Hanya Tuhan dan warga sekitar situ yang tahu!!
Tanpa merespon alamat yang telah aku sebutkan, setelah itu bapak itu melanjutkan “emang nama temannya siapa?” “Lukman pa’!!” jawabku spontan karena sudah cukup lelah dan kebingungan pada waktu itu. Dengan reaksi cepat bapak itu menjawab dengan mulut yang terbuka lebih lebar dari kalimat-kalimat sebelumnya dan dengan rasa senang bapak itu mengata kan “OOO...... LUKMAN.... ITU mah ANAK SAYA.... HA..... HA....HA....!!!!” Sontak jawaban itu membuat wajahku menjadi sumringah. Jawaban bapak itu aku sambut dengan senyum yang tidak kalah lebarnya dengan tawa bapak itu. Lega sekali hati ku mendengar jawaban dari bapak itu. “Ayo saya anter...” bapak itu menawarkan bantuan untuk menuju ke rumahnya.
Tidak sampai satu menit akhirnya aku sampai di rumah Lukman atau lebih tepatnya rumah milik Bapak itu, karena Bapak itu adalah Bapaknya Lukman. Sesaat aku berfikir pada waktu itu mungkin inilah pertolongan dari Allah ketika aku sudah berniat baik untuk bersilaturrahmi mengunjungi rumah salah satu temanku tetapi pada saat yang sama aku tidak mengetahui jalan menuju rumahnya. Memang jalan yang di lalui tidak mulus dan butuh sedikit perjuangan, tetapi asalkan ada kemauan pasti Allah memberikan jalan.