Sabtu, 19 Januari 2013

TOURING KE BANDUNG



SHARE TOURING KE BANDUNG

Assalamualaikum wr. wb. Salam sejahtera untuk kita semua terutama para sobat Bikers.

Saya mau berbagi pengalaman touring dengan istri saya (hanya berdua saja) ke kota Bandung menggunakan motor di akhir Desember 2012. Sharing saya ini mungkin bisa sedikit membantu para sobat bikers yang belum pernah atau baru ingin merencanakan touring ke bandung dengan budget yang terbatas dan dengan alokasi waktu liburan yang sedikit.

Mungkin bagi sebagian besar sobat bikers touring Jakarta – Bandung adalah touring yang sudah biasa dan tidak memiliki tantangan yang berarti, apalagi kami yang tinggal di daerah Bojong Gede kabupaten Bogor, tentu jarak yang di tempuh menuju Bandung menjadi lebih dekat dari pada sobat bikers yang tinggal di Jakarta, tapi bagi sebagian yang lain dan bagi kami ini adalah perjalanan yang luar biasa dan sangat menyenangkan.

Sebelumnya saya sendiri sudah pernah menuju Bandung, tetapi bukan kota Bandung melainkan Bandung selatan yaitu kawah putih bersama teman-teman bikers saya pada Agustus 2008. Seingat saya waktu itu kami touring dari kampus kami di daerah Klender, Jakata Timur. Kami berangkat jam 11 malam dan sampai di Cibodas sekitar jam 3 pagi. Di sini kami beristirahat di warung-warung kopi yang menyediakan ruangan besar untuk beristirahat. Jam 7.30 pagi kami melanjutkan touring menuju kawah putih. Dan sampai di kawah putih sekitar jam 13.30. Enam jam perjalanan waktu yang kami butuhkan dari Cibodas untuk sampai di kawah putih. Memang waktu yang lama sekali karena waktu itu bertepatan dengan hari kemerdekaan Indonesia yang ke-53 tahun sehingga akses jalan menuju kawah putih sangat macet . Kira-kira setahun kemudian saya kembali menuju kawah putih sekaligus ke situ patengan menggunakan mobil bersama teman-teman kuliah saya.

Kira-kira 2 minggu menjelang long year end holiday 2012 saya dan istri saya merencanakan pergi ke Bandung dengan motor selama dua hari satu malam. Dengan alokasi budget yang minim kami mencoba mengkalkulasi secara detil semua hal yang akan berkaitan selama touring.

Berikut ini beberapa hal yang kami kalkulasi

Hal pertama yang kami lakukan adalah menetapkan tujuan tempat yang akan kami kunjungi selama di Bandung.
Setelah berdiskusi akhirnya kami sepakat untuk menuju lembang, Tangkuban Perahu, Kawah Putih, dan Situ Patengan. Tangkuban perahu merupakan pilihan saya pribadi tanpa berdiskusi dengan istri saya. Hal itu karena sampai umur saya yang beberapa tahun lagi menuju 30 tahun ini belum pernah sekali kali pun mengunjungi tangkuban perahu. Kemudian kami memilih lembang karena kami ingin mencari sekaligus mensurvey villa yang akan kami gunakan untuk ber-tafakkur alam bersama teman-teman pengajian kami beberapa bulan kedepan. Setelah itu kawah putih dan situ patengan yang ingin kami rencanakan karena istri saya belum pernah menuju ke kawasan wisata ini.

Setelah itu hal kedua yang kami fikirkan adalah lokasi menginap selama kami di Bandung.
Dengan budget yang sangat minim tentunya kami menginginkan tempat menginap yang murah sekaligus cukup dekat dengan tempat-tempat yang akan kami tuju selama di Bandung. Akhirnya kami bersepakat untuk mencari hotel atau penginapan di kawasan Tangkuban Perahu atau di sekitar lembang dengan harga permalamnya tidak lebih dari 300 ribu. Setelah googling ternyata banyak hotel yang menawarkan harga permalamnya kurang dari 300 ribu dengan tempat menginap yang cukup nyaman, tetapi sayang sekali harga itu meningkat 50 sampai 100 persen bahkan lebih dari harga normalnya di akhir tahun dan kalaupun ada ketika kami cek untuk reservasi tanggal 29 Desember itu pun sudah penuh. Perlu sobat bikers ketahui kami menelpon atau menghubungi villa yang akan kami tuju sekitar tanggal 19 Desember itu berarti 10 hari sebelum reservasi. Saran saya jika ada sobat bikers yang mempunyai rencana untuk melakukan reservasi hotel pada saat long year end holiday sebaiknya di pesan 1 bulan sebelum tanggal yang dimaksud.

Googling kami ternyata tidak sia-sia, ada hotel ala Backpacker yang bernama hotel Zzz Backpacker Express Hotel dengan harga sewa perorang permalam 100 ribu. Hotel ini mempunyai konsep Backpacker di mana satu kamar terdiri dari beberapa singgle bed 2 susun yang bisa ditempati oleh beberapa orang sejumlah bed tersebut. Hotel ini terletak di Paskal Hypersquare di Jalan Pasir Kaliki, kira-kira 500 meter dari stasiun Bandung. Akhirnya kami memilih untuk menginap di hotel ini walaupun agak jauh dari rencana tujuan utama kami ke daerah lembang dan sekitarnya tetapi kami menyadari inilah resiko perjalanan dengan budget minim dan persiapan yang terlalu dekat dengan liburan akhir tahun.

Hal ketiga yang saya lakukan adalah mengukur jarak tempuh perjalanan dengan GPS (Global Positioning System)
Karena kami belum pernah ke Bandung dengan motor jadi ini adalah informasi penting yang harus kami ketahui. Informasi aja nih sobat bikers, saya menggunakan GPS google maps dari smartphone yang saya gunakan sehari-hari dengan Merk Samsung tipe Galaxy Gio GT-S5660 dengan OS Android versi 2.2.1 Froyo. Bagi sobat bikers yang menggunakan smartphone yang ada google maps bisa dicoba sendiri. Untuk yang belum tahu caranya, saya kasih tau secara singkat nih. Sobat bikers tinggal buka google maps trus klik option direction kemudian akan muncul  dua kolom yang harus diisi, yaitu start poin (lokasi awal) dan end point (lokasi yang akan dituju), isikan masing-masing kolom tersebut kemudian klik go. Maka akan muncul garis biru yang akan menunjukkan kepada sobat bikers rute mana yang harus di lewati serta total jarak tempuhnya. Biasanya google maps akan menunjukkan rute melalui jalan tol, dan untuk menghindari hal ini sobat bikers tinggal klik option kemudian ada dua opsi yang harus sobat bikers checklist yaitu avoid highway dan avoid tolls. Dengan cara ini maka google maps hanya  akan menunjukkan rute melalui jalan biasa.

Route searching di google maps dari Bojong gede ke Bandung saya arahkan melalui rute Cibodas bukan melalui rute jonggol. Dari hasil route searching di google maps akhirnya saya memperoleh informasi bahwa jarak dari Rumah saya di Bojong Gede sampai Cibodas 57 km, dari Cibodas sampai Pasir Kaliki Bandung berjarak 82 km, dari Pasir Kaliki Bandung sampai kawah ratu Gunung Tangkuban Perahu berjarak 24 km. Berarti total rencana perjalanan kami sekitar 163 km. Setelah kami melakukan (membuktikan sendiri) perjalanan dari rumah kami ke pasir kaliki kemudian melanjutkan ke kawah ratu Gunung Tangkuban Perahu, total jarak tempuh yang ditunjukkan di speedometer motor saya menunjukkan angka 180 km (setelah dilakukan pengurangan dari km sebelum berangkat sampai km pada saat tiba di puncak Gunung Tangkuban perahu). Itu artinya akurasi google maps terhadap speedometer motor saya adalah 163/180 x 100% adalah 90,5%.

Hal ke empat yang tidak kalah penting adalah mempersiapkan kendaraan.
Persiapan fisik tentu juga menjadi prioritas kami, tapi kali ini saya akan membahas persiapan kendaraan yang kami gunakan. Saya menggunakan motor Supra X 125R dengan usia 4 tahun 7 bulan dihitung dari bulan dan tahun yang tertera pada plat nomor kendaraan sampai pada saat kami melakukan perjalanan. Beberapa hari sebelum melakukan perjalanan saya mengecek komponen utama pada rem cakram depan dan belakang, roda dan ban depan dan belakang, lampu utama, lampu rem, dan lampu-lampu sein. Kondisi lainnya tidak saya cek karena saya anggap sudah cukup baik termasuk oli yang pada saat kami melakukan perjalanan ke Bandung baru di pakai sejauh kira-kira 500 km.

Beberapa hari sebelum melakukan perjalanan saya  melihat berita di beberapa media TV bahwa ada kemacetan yang cukup panjang akibat banjir setinggi 50 cm dan bahkan lebih di beberapa wilayah di kota Bandung. Karena hal itu maka saya memutuskan untuk membawa busi cadangan untuk mengatisipasi hal yang tidak diinginkan apabila saya harus melewati rute yang terkena dampak banjir itu. Selain itu saya juga membawa sebuah ban dalam untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan karena ban motor saya depan dan belakang adalah ban tubeless.

Itulah empat hal utama yang sangat kami perhatikan dan persiapkan sebelum melakukan perjalanan. Hal ini kami lakukan karena kami tidak mengetahui kondisi medan yang akan kami tempuh. Kalaupun saya pernah touring menuju kawah putih di tahun 2008 itupun saya lupa bagaimana kondisi jalan pada saat itu.

Mungkin hal itu bisa menjadi tips yang sedikit membantu bagi para sobat bikers yang ingin melakukan touring ke Bandung atau kota-kota lain yang lebih jauh lagi.

Saya lanjutkan ceritanya...

Akhirnya pada Sabtu 29 Desember 2012 setelah Sholat Subuh kami berangkat pukul 05.30 dari rumah kami yang berjarak sekitar 4 km dari stasiun bojong gede ke arah parung. Sebelum berangkat tentu kami berdoa dan tidak lupa saya mencatat km awal di speedometer yang menunjukkan angka 56.545,0. Sebelumnya motor saya isi bensin full tetapi sudah di pakai perjalanan sekitar 13 km walaupun begitu garis fuelmeter digital masih menunjukkan di garis yang paling atas yaitu garis yang ke enam. Perjalanan kami tempuh dengan cukup lancar di pagi itu sampai di wilayah mega mendung antrian dan kepadatan kendaraan sudah terjadi walaupun tidak terlalu panjang, maklumlah karena hari itu adalah long year end holiday. Sampai di SPBU sebelum tanjakan curam di daerah tugu cisarua, fuelmeter menunjukkan sudah berada di garis ke tiga dan di SPBU tugu itulah kami berhenti untuk mengisi bensin. Bensin saya isi 2.22 liter dengan harga 10 ribu. Perjalanan kami lanjutkan. Sampailah kami di pasar Cipanas dan pada saat itu waktu menunjukkan pukul 07.05 artinya perjalanan kami dari rumah sampai pasar cipanas sekitar 1,5 jam dan itu mengindikasikan perjalanan kami cukup lancar, tetapi kami tidak berhenti di situ, kami tetap melanjutkan perjalanan.

Kira-kira 13 km setelah pertigaan Cianjur yang mengarah ke Bandung kami memutuskan untuk berhenti lagi karena fuelmeter sudah berada di garis ketiga dan kami mengisi bensin dengan jumlah yang sama seperti di daerah tugu tadi. Di jalan Raya Bandung yang terbentang dari pertigaan cianjur sampai padalarang dengan panjang sekitar 45 km, motor saya pacu sampai kecepatan yang saya batasi hanya di angka 80 km/jam walaupun beberapa kali melaju sampai melebihi 95 km/jam. Dengan kecepatan seperti ini sobat bikers bisa menelusuri jalan ini dengan waktu tempuh sekitar 40 menit. Jalan raya bandung ini memang jalanan yang relativ sedikit jumlah kendaraannya dan dengan trek lurus yang sangat panjang didukung dengan kondisi aspal yang cukup mulus sangat memungkinkan sobat bikers mengarahkan kecepatan motornya sampai di atas 100 km/jam. Di beberapa blog yang pernah saya baca mereka sampai melaju di kecepatan 110 sampai 150 km/jam.

Tips dari saya, para sobat bikers tetap harus hati-hati menjaga kontrol kendaraan yang disesuaikan dengan kondisi kendaraan masing-masing karena cukup banyak kendaraan besar yang melaju di jalan ini seperti truck, tronton, mobil bak kapasitas besar, dan juga bus AKAP jurusan Bandung.

Setelah melaju sekitar 40 km dengan kecepatan tinggi dari pertigaan Cianjur, Sobat bikers dihadapkan dengan jalanan menanjak yang berkelok-kelok dikombinasi pemandangan alam yang luar biasa indahnya. Bagi sobat bikers yang melakukan perjalanan sendiri kondisi jalan seperti ini tentu sangat menantang karena sangat memacu adrenalin dan membutuhkan skill mengemudi yang tinggi, tapi untuk sobat bikers yang touring dengan berkelompok 10 motor atau lebih saya sarankan berhati-hati karena motor yang satu dengan motor yang lain mungkin bisa terpisah dari rombongan.

Biasanya di jalanan menanjak dan berkelok ini relatif macet dan terdapat antrian panjang kendaraan yang berjalan pelan. Penyebabnya adalah banyak truk-truk besar atau tronton yang membawa beban yang sangat berat melaju dengan sangat lambat di trek ini sehingga menyebabkan mobil-mobil lain di belakangnya harus berjalan pelan menyesuaikan. Trek dengan panjang lintasan sekitar 10 km ini bisa sobat bikers temui sekitar 7 km setelah sobat bikers menemui pertigaan yang mengarah ke waduk cirata.

Setelah melewati multi tikungan yang menajak itu kami memasuki wilayah Padalarang dan Cimahi yang cukup macet. Dari daerah ini kami hanya mengikuti papan petunjuk jalan yang sangat membantu dan memudahkan kami menuju tempat yang kami inginkan yaitu arah ke stasiun Bandung. Kira-kira satu jam setelah kami memasuki padalarang barulah kami sampai di stasiun Bandung kemudian berbelok ke arah kiri sedikit menuju paskal hypersquare. Setelah sampai di Paskal Hypersquare kami langsung menuju Zzz Backpacker Express Hotel. Di sana kami check in dan beristirahat sebentar.

Setelah itu kami melanjutkan perjalanan menuju ke puncak Gunung Tangkuban Perahu. Rute yang kami tempuh dari Paskal Hypersquare menuju Gunung Tangkuban Perahu sangatlah mudah, kami hanya lurus saja sampai pasar lembang. Walaupun begitu jalanan cukup padat dan merayap karena hari itu adalah libur akhir tahun. Beberapa titik yang cukup macet adalah di depan Rumah Sakit Hasan Sadikin, di wilayah gegerkalong dan terminal ledeng, dan menjelang pertiggan pasar lembang.  Sebelumnya beberapa kilometer setelah terminal ledeng kami kembali mengisi bensin sejumlah Rp.10.000 karena indikator fuelmeter Digital sudah berada di garis ke dua.

Dari pertigaan ini kami berbelok ke kiri menuju Gunung Tangkuban Perahu. Kurang lebih 10 menit dari pertigaan itu sampailah kami di pintu masuk kawasan wisata alam Gunung Tangkuban Perahu. Untuk dua orang dan satu motor kami harus menggeluarkan uang Rp. 31.000 untuk membayar tiket masuk. Setelah melewati loket ini, trek yang kami hadapi kembali menantang. Kali ini bukan skill berkendara saya yang diuji oleh trek tetapi murni kemampuan motor yang mempunyai kapasitas mesin 125cc itu. Walaupun kondisi aspal cukup mulus tetapi trek cukup menanjak agak curam sehingga motor hanya saya pacu dengan persneling di posisi satu sehingga otomatis hanya melaju pelan sekali. Sekitar 15 menit kami melewati trek itu akhirnya kami sampai di puncak Gunung Tangkuban Perahu. Waktu yang kami habiskan untuk sampai di Gunung Tangkuban Perahu dari Paskal Hypersquare sekitar 1 jam 40 menit. Waktu yang cukup lama untuk menempuh jarak sekitar 26,5 km. Jam di smartphone ku sudah menunjukkan waktu 11.40 ketika kami sampai. Itu artinya 6 jam 10 menit yang harus kami habiskan di jalan mulai dari rumah kami di Bojong Gede sampai di Puncak Gunung Tangkuban Perahu. Saya pikir mungkin waktu tempuh ini bisa lebih singkat jika kami melakukan perjalaan bukan pada saat long year end holiday.

Setelah puas menikmati alam Gunung Tangkuban Perahu kami beristirahat untuk sholat Zuhur yang kami jama’ dengan sholat Ashar. Musholla di Kawasan wisata alam ini cukup nyaman dan bersih serta cukup besar untuk menampung para wisatawan yang jumlahnya cukup banyak yang ingin menunaikan sholat. Tetapi sangat di sayangkan masalah penataan alas kaki para jamaah atau wisatawan yang menunaikan sholat kurang tertata rapi sehingga sedikit mengganggu kenyamanan beribadah. Mungkin jika Musholla ini mengadopsi penataan atau penyimpanan alas kaki yang di lakukukan di Mesjid At-Taawun di kawasan Puncak Bogor, kenyamanannya bisa menjadi lebih baik lagi.

Setelah menunaikan sholat kami langsung menuju ke tempat parkir motor untuk segera melanjutkan agenda kami selanjutnya yaitu mencari dan mensurvey villa yang akan kami gunakan untuk acara tafakkur alam beberapa bulan kedepan.

Setelah keluar dari kawasan wisata alam Gungung Tangkuban Perahu, kami langsung arahkan motor kami menuju arah pulang. Beberapa ratus meter setelah melewati pasar lembang kami melihat adanya tikungan ke kanan.  Setelah kami berbelok ke kanan barulah kami mengetahui ternyata itu adalah jalan kolonel masturi. Kami akhirnya menelusuri jalan itu untuk mencari villa yang kami inginkan.

Villa yang akhirnya telah kami survey ini mungkin bisa jadi referensi sobat bikers. Jalan Kolonel Masturi adalah jalan yang cukup panjang yang terbentang mulai dari cimahi sampai lembang. Tempat pertama yang kami survey adalah CIC (Ciwangun Indah Camp). Harga sewa villa yang ditawarkan disini berkisar dari 2,5 - 4,5 juta permalam. Villa ini dilengkapi dengan banyak fasilitas outbond yang menantang. Villa bantal guling adalah tempat yang kami survey selanjutnya. Villa ini menyewakan perkamar dengan harga perkamar mulai dari 250 – 500 ribu permalam untuk week day.

Setelah mensurvey villa bantal guling kami memutuskan untuk kembali ke hotel backpacker untuk beristirahat. Karena kami tidak mengenal wilayah dan jalan-jalan di kota Bandung maka tidak jauh setelah turun melewati terminal ledeng entah jalan mana yang kami lewati tahu-tahu kami sudah berada di jalan Ciamphelas yang cukup macet karena libur akhir tahun. Karena bingung di mana dan harus kemana posisi kami untuk sampai di jalan pasir kaliki,  maka kami bertanya kepada salah seorang yang berada di pinggir jalan. Tidak berapa lama akhirnya kami tiba di hotel untuk beristirahat.

Sekitar jam tujuh malam kami keluar untuk mencari makan malam. Kami berkeliling kota Bandung walaupun entah jalan mana yang telah dan akan kami lewati. Jalanan macet dan kebingungan kami bercampur menjadi satu saat kami menentukan tujuan untuk menuju ke lapangan Gasibu (Gabungan Sepak Bola Indonesia Bandung Utara) yang katanya terletak di depan Gedung Sate yang menjadi pusat pemerintahan Provinsi Jawa Barat. Setelah cukup lama kami berkeliling kota akhirnya kami tidak menemukan tempat yang kami tuju yaitu lapangan Gasibu. Kami pun berhenti sejenak untuk kembali mengisi bensin sejumlah Rp.10.000 karena garis pada fuelmeter tinggal tersisa dua. Setelah mengisi bensin kami putuskan untuk langsung menuju arah hotel. Akhirnya kami berhenti di depan stasiun Bandung untuk makan nasi goreng yang terdapat di trotoar pinggir jalan. Setelah itu kami kembali ke hotel untuk istirahat dan tidur.

Keesokan harinya setelah kami mandi dan merapikan barang-barang, kami bersiap untuk melanjutkan perjalanan, tetapi sebelumnya kami sarapan pagi dengan beberapa lembar roti bakar dan selai strowbery beserta segelas teh manis hangat yang kami buat sendiri yang memang di sediakan oleh pihak hotel backpacker. Tepat jam 07.15 kami check out dan melanjutkan perjalanan. Karena villa yang kami survey di hari sebelumnya menurut kami tidak ada yang memenuhi syarat untuk kami jadikan kegiatan tafakkur alam, di pagi itu kami kembali mencari dan mensurvey villa

Kami kembali menuju arah lembang, tetapi baru beberapa ratus meter setelah melewati UPI (Universitas Pendidikan Indonesia) kami belok ke kiri untuk menuju daerah Parongpong dan Jalan kolonel Masturi. Melalui jalan ini sobat bikers akan melewati tempat wisata yang cukup terkenal di daerah lembang yaitu Kampung Gajah.

Villa yang pertama kami datangi di pagi itu adalah Villa Allesa. Villa Allesa terletak di wilayah nagrak kulon yang juga bisa di akses melalui jalan kolonel masturi. Villa Allesa adalah villa pribadi yang disewakan untuk umum. Secara kebetulan ketika kami datang ke villa itu ternyata ada pemiliknya. Harga sewa yang ditawarkan untuk week end 2,5 juta permalam. Harga ini sebanding dengan view yang ditampilkan. View dari teras  atas villa ini luar biasa indahnya. Sobat bikers pasti akan terpana dengan lama dan tidak akan menatap dengan bosan ketika menikmati keindahan alam tanpa adanya pepohonan tinggi yang menghalangi pandangan kita dari teras atas villa ini. Seolah-olah villa ini berada di tepi lembah yang indah.

Selanjutnya yang kami datangi adalah Villa Istana Bunga (VIB). VIB merupakan kawasan dengan banyak  villa yang disewakan untuk umum. Sobat bikers bisa memilih tipe villa yang sobat bikers ingin sewa. Harga sewa permalam cukup terjangkau untuk sobat bikers yang ingin mengadakan acara keluarga atau berkelompok 5 - 30 orang atau lebih. Harga tergantung dari jenis Villa dan view pemandangan alam yang bisa dilihat dari Villa tersebut. Villa terakhir yang kami kunjungi dan survey adalah villa merah di puncak kebun teh PTPN VIII di daerah Sukawana. Lagi-lagi villa ini bisa di tempuh melalui jalan kolonel masturi. Harga sewa untuk week day dan week end sama saja yaitu 1,5 juta permalam. Villa ini cukup besar bisa menampung kira-kira 20 orang. View yang ditampilkan dari villa ini adalah hamparan luas kebun teh. Penjaga villa menawarkan guiding untuk jalan pagi menelusuri kebun teh dengan panjang trek  yang bisa disesuaikan oleh keinginan tamu, penjaga villa juga menawarkan guiding untuk menuju kawah tangkuban perahu dengan 3 jam berjalan kaki melalui kebun teh.

Tidak terasa waktu sudah menunjukkan 09.45. Agenda kami yang belum terlaksana adalah menuju kawah putih dan situ patengan tetapi dengan melihat kondisi waktu maka sesaat saya membuka google maps utuk mengkalkulasi jarak dan waktu yang dibutuhkan untuk menuju ke dua lokasi wisata tersebut. Ternyata jarak dari villa merah sampai menuju kawah putih sekitar 65 km. Tanpa melihat estimasi waktu yang tertera pada google maps saya langsung memperkirakan sendiri waktu yang akan kami tempuh menuju kawah putih di saat long year end holiday seperti ini mungkin bisa lebih dari 2 jam. Sejenak hasil perkiraan jarak google maps dan perhitungan waktu yang saya perhitungkan saya sampaikan kepada istri saya. Setelah berdiskusi kami memutuskan untuk tidak menuju ke dua lokasi wisata tersebut.

Setelah dari villa merah kami lanjutkan perjalanan menuju ke lokasi wisata yang tidak terlalu jauh dari villa merah. Kami penasaran dengan wisata kampung gajah. Janganlah sobat bikers membayangkan kampung gajah adalah lokasi wisata dengan banyak gajah dan sobat bikers akan bisa berpetualang dengan gajah. Dinamakan kampung gajah karena di depan pintu masuknya terdapat beberapa patung gajah dengan ukuran yang cukup besar. Kampung gajah adalah kawasan wisata dengan banyak wahana permainan seperti halnya Dunia Fantasi di Ancol atau Trans Studio di Bandung, yang membedakan adalah wahana permainan di kampung gajah lebih bersifat menyatu dengan alam walaupun ada beberapa yang berkaitan dengan otomotif dan teknologi.

Setelah membayar tiket masuk Rp.20.000 per orang kami diberikan brosur yang berisi tentang semua permainan yang terdapat di kampung gajah. Kami langsung berfikir betapa murahnya wisata di kampung gajah dengan tiket masuk yang murah tetapi bisa menikmati seluruh permainan yang ada di dalamnya. Ternyata kekaguman kami akan murahnya wisata di kampung gajah hanya bertahan beberapa menit saja. Sesaat setelah kami masuk lebih dalam dan bertanya kepada salah satu karyawan penjaga salah satu wahana, kami di beritahu kalau untuk menikmati seluruh wahana kami harus membeli tiket terusan seharga Rp.200.000 per orang. Kami agak terkejut karena selain perkiraan kami salah, budget kami pun sudah menipis. Tanpa fikir panjang kami pun langsung memutuskan untuk keluar dari lokasi wisata kampung gajah dan menuju arah pulang ke rumah kami di Bojong Gede.

Dari kampung gajah motor langsung saya jalankan ke arah parongpong untuk masuk ke jalan kolonel masturi, setelah itu menuju ke arah cimahi dan padalarang. Saya fikir rute ini relativ lebih cepat daripada harus melalui arah terminal ledeng untuk menuju cimahi yang kemungkinan atau pasti akan macet. Setelah keluar dari cimahi kami pun masuk ke daerah padalarang yang disambut dengan antrian panjang kendaraan. Di sana sudah terlihat sekali jalanan yang begitu macet. Cukup lama kami harus menembut kepadatan kendaraan yang hampir tidak bergerak itu sampai kami melewati pasar padalarang barulah kami terbebas dari macet.

Beberapa ratus meter setelah melewati pasar padalarang indikator fuelmeter sudah berada di garis ke dua dan untuk ke sekian kalinya motor saya isi dengan 2.22 liter bensin seharga Rp.10.000. Tidak jauh dari SPBU ini terdapat trek yang saya sukai sebagai seorang bikers yaitu trek multi tikungan yang menantang. Berbeda pada saat berangkat yang macet dan harus menanjak bersaing dengan truck besar dan bis AKAP yang berjalan pelan, kali ini trek tersebut lancar, saya pun sangat menikmati trek itu.

Sesampainya di pertigaan Cianjur yang mengarah ke Cibodas, hujan turun cukup deras dan kami pun harus berhenti sejenak untuk menggunakan jas hujan.  Sesampainya di pasar Cipanas mulai terjadi kemacetan. Kemacetan ini kami alami hingga kami sampai di mesjid At-Taawun puncak. Tepat jam 14.30 kami sampai di mesjid ini. Itu artinya kami menghabiskan waktu 4 jam perjalanan mulai dari kampung gajah di lembang sampai di mesjid At-Taawun puncak. Di mesjid ini kami berhenti sejenak untuk istirahat makan siang sambil menunggu adzan untuk sholat Ashar di jamak dengan Zuhur.

Sekitar jam 16.00 kami melanjutkan perjalanan, tetapi tidak langsung pulang, kami menuju ke bukit paralayang yang menjadi landasan untuk olah raga aerosport. Rp.12.000 adalah uang yang harus kami keluarkan untuk membeli tiket masuk menuju bukit itu. Di atas bukit banyak terdapat orang yang sudah datang lebih dulu dari kami. Dari atas bukit itu kami bisa menikmati keindahan alam ciptaan Allah yang luar biasa indahnya dan dari bukit itu juga kami bisa melihat jalanan puncak yang berkelok-kelok.

Tidak lama kami berada di sana, karena kabut yang tebal di sertai rintik hujan, kami memutuskan untuk turun bukit dan langsung pulang. Akhirnya kami tiba di rumah pukul 18.50. sekitar 2 jam perjalanan kami dari atas bukit itu sampai ke rumah.

Setelah sholat Maghrib dan beristirahat sejenak, saya kembali memperhatikan fuelmeter yang masih tersisa dua baris. Saya agak terkejut karena pengisian bensin terakhir dilakukan di daerah padalarang. Itu artinya dari padalarang sampai rumah kami di Bojong gede hanya menghabiskan 4 garis atau setara kira-kira 1,6 liter bensin dan itu pun masih tersisa dua garis. Setelah itu saya juga memperhatikan speedometer yang berada di angka 56.974,6. Itu artinya jika di bandingkan dengan angka di speedometer sebelum berangkat, maka 429,6 km adalah total jarak yang kami tempuh selama liburan dari rumah menuju Bandung dan kembali ke rumah dengan 6 kali pengisian bensin sejumlah Rp.60.000.

Dari cerita ini mungkin bisa sedikit membantu sobat bikers yang ingin touring ke Bandung atau wilayah lain dengan total jarak tempuh yang cukup jauh. Pesan dari saya sebelum menutup cerita ini, UTAMAKAN SAFETY RIDING DAN JANGAN LUPA BERDOA..!!!


Tidak ada komentar:

Posting Komentar