SHARE TOURING KE BANDUNG
Assalamualaikum wr. wb. Salam sejahtera untuk
kita semua terutama para sobat Bikers.
Saya mau berbagi pengalaman
touring dengan istri saya (hanya
berdua saja) ke kota Bandung menggunakan motor di akhir Desember 2012. Sharing saya ini mungkin bisa sedikit membantu para sobat bikers
yang belum pernah atau baru ingin merencanakan touring ke bandung dengan
budget yang terbatas dan dengan
alokasi waktu liburan yang sedikit.
Mungkin bagi sebagian besar sobat bikers touring
Jakarta – Bandung adalah touring yang sudah biasa dan tidak
memiliki tantangan yang berarti, apalagi kami yang tinggal di daerah Bojong Gede kabupaten Bogor, tentu jarak yang di tempuh menuju Bandung menjadi
lebih dekat dari pada sobat bikers yang tinggal di Jakarta, tapi bagi sebagian
yang lain dan bagi kami ini adalah perjalanan yang luar biasa dan sangat
menyenangkan.
Sebelumnya saya sendiri sudah pernah menuju Bandung,
tetapi bukan kota Bandung melainkan Bandung selatan yaitu kawah putih bersama
teman-teman bikers saya pada Agustus
2008. Seingat saya waktu itu kami touring
dari kampus kami di daerah Klender, Jakata Timur. Kami berangkat jam 11 malam dan sampai di Cibodas sekitar
jam 3 pagi. Di sini kami beristirahat di warung-warung kopi yang menyediakan
ruangan besar untuk beristirahat. Jam 7.30 pagi kami melanjutkan touring menuju
kawah putih. Dan sampai di kawah putih
sekitar jam 13.30. Enam jam perjalanan waktu yang kami butuhkan dari Cibodas
untuk sampai di kawah putih. Memang waktu yang lama sekali karena waktu itu
bertepatan dengan hari kemerdekaan
Indonesia yang ke-53 tahun sehingga akses jalan menuju kawah putih sangat
macet . Kira-kira setahun kemudian saya kembali menuju kawah putih sekaligus ke
situ patengan menggunakan mobil bersama teman-teman kuliah saya.
Kira-kira 2 minggu menjelang long year end holiday 2012
saya dan istri saya merencanakan pergi ke Bandung dengan motor selama dua hari
satu malam. Dengan alokasi budget yang minim kami mencoba mengkalkulasi secara detil semua hal yang akan
berkaitan selama touring.
Berikut ini beberapa hal yang kami kalkulasi
Hal pertama yang kami lakukan adalah menetapkan tujuan tempat yang akan kami
kunjungi selama di Bandung.
Setelah berdiskusi akhirnya kami sepakat untuk menuju lembang, Tangkuban Perahu, Kawah
Putih, dan Situ Patengan. Tangkuban
perahu merupakan pilihan saya pribadi tanpa berdiskusi dengan istri saya. Hal
itu karena sampai umur saya yang beberapa tahun lagi menuju 30 tahun ini belum
pernah sekali kali pun mengunjungi tangkuban perahu. Kemudian kami memilih
lembang karena kami ingin mencari sekaligus mensurvey villa yang akan kami
gunakan untuk ber-tafakkur alam
bersama teman-teman pengajian kami beberapa bulan kedepan. Setelah itu kawah
putih dan situ patengan yang ingin kami rencanakan karena istri saya belum
pernah menuju ke kawasan wisata ini.
Setelah itu hal
kedua yang kami fikirkan adalah lokasi menginap selama kami di Bandung.
Dengan budget yang sangat minim tentunya kami menginginkan tempat
menginap yang murah sekaligus cukup dekat dengan tempat-tempat yang akan kami
tuju selama di Bandung. Akhirnya kami bersepakat untuk mencari hotel atau
penginapan di kawasan Tangkuban Perahu atau di sekitar lembang dengan harga
permalamnya tidak lebih dari 300 ribu. Setelah googling ternyata banyak
hotel yang menawarkan harga permalamnya kurang dari 300 ribu dengan tempat
menginap yang cukup nyaman, tetapi sayang sekali harga itu meningkat 50 sampai
100 persen bahkan lebih dari harga normalnya di akhir tahun dan kalaupun ada
ketika kami cek untuk reservasi tanggal 29 Desember itu pun sudah penuh. Perlu sobat bikers
ketahui kami menelpon atau menghubungi villa yang akan kami tuju sekitar
tanggal 19 Desember itu berarti 10 hari sebelum reservasi. Saran saya jika ada sobat bikers
yang mempunyai rencana untuk melakukan reservasi
hotel pada saat long year end holiday
sebaiknya di pesan 1 bulan sebelum tanggal yang dimaksud.
Googling kami ternyata tidak
sia-sia, ada hotel ala Backpacker yang bernama hotel Zzz Backpacker Express Hotel dengan harga sewa perorang permalam 100 ribu. Hotel ini mempunyai konsep Backpacker di mana satu kamar terdiri
dari beberapa singgle bed 2 susun
yang bisa ditempati oleh beberapa orang sejumlah bed tersebut. Hotel ini
terletak di Paskal Hypersquare di Jalan
Pasir Kaliki, kira-kira 500 meter dari stasiun
Bandung. Akhirnya kami memilih untuk menginap di hotel ini walaupun agak
jauh dari rencana tujuan utama kami ke daerah lembang dan sekitarnya tetapi
kami menyadari inilah resiko perjalanan dengan budget minim dan persiapan yang
terlalu dekat dengan liburan akhir tahun.
Hal ketiga yang saya lakukan adalah mengukur jarak tempuh perjalanan dengan GPS
(Global Positioning System)
Karena kami belum pernah ke Bandung dengan motor jadi
ini adalah informasi penting yang harus kami ketahui. Informasi aja nih sobat bikers,
saya menggunakan GPS google maps dari smartphone yang saya
gunakan sehari-hari dengan Merk Samsung
tipe Galaxy Gio GT-S5660 dengan OS Android versi 2.2.1 Froyo. Bagi sobat bikers yang menggunakan smartphone yang ada google maps bisa
dicoba sendiri. Untuk yang belum tahu caranya, saya kasih tau secara singkat
nih. Sobat bikers tinggal buka
google maps trus klik option direction
kemudian akan muncul dua kolom yang
harus diisi, yaitu start poin (lokasi
awal) dan end point (lokasi yang akan
dituju), isikan masing-masing kolom tersebut kemudian klik go. Maka akan muncul
garis biru yang akan menunjukkan kepada sobat
bikers rute mana yang harus di lewati serta total jarak tempuhnya. Biasanya
google maps akan menunjukkan rute melalui jalan tol, dan untuk menghindari hal
ini sobat bikers tinggal klik option
kemudian ada dua opsi yang harus sobat
bikers checklist yaitu avoid highway dan avoid tolls. Dengan cara ini maka google maps hanya akan menunjukkan rute melalui jalan biasa.
Route searching di google
maps dari Bojong gede ke Bandung
saya arahkan melalui rute Cibodas bukan melalui rute jonggol. Dari hasil route searching di google maps akhirnya
saya memperoleh informasi bahwa jarak
dari Rumah saya di Bojong Gede sampai
Cibodas 57 km, dari Cibodas sampai Pasir
Kaliki Bandung berjarak 82 km, dari Pasir
Kaliki Bandung sampai kawah ratu Gunung Tangkuban Perahu berjarak 24 km.
Berarti total rencana perjalanan kami sekitar 163 km. Setelah kami melakukan (membuktikan
sendiri) perjalanan dari rumah kami ke pasir kaliki kemudian melanjutkan ke
kawah ratu Gunung Tangkuban Perahu, total jarak tempuh yang ditunjukkan di speedometer motor saya menunjukkan angka
180 km (setelah dilakukan pengurangan dari km sebelum berangkat sampai km pada
saat tiba di puncak Gunung Tangkuban perahu). Itu artinya akurasi google maps terhadap speedometer
motor saya adalah 163/180 x 100% adalah 90,5%.
Hal ke empat yang tidak kalah penting adalah mempersiapkan kendaraan.
Persiapan fisik tentu juga menjadi prioritas kami, tapi
kali ini saya akan membahas persiapan kendaraan yang kami gunakan. Saya
menggunakan motor Supra X 125R dengan
usia 4 tahun 7 bulan dihitung dari bulan dan tahun yang tertera pada plat nomor
kendaraan sampai pada saat kami melakukan perjalanan. Beberapa hari sebelum
melakukan perjalanan saya mengecek komponen utama pada rem cakram depan dan
belakang, roda dan ban depan dan belakang, lampu utama, lampu rem, dan
lampu-lampu sein. Kondisi lainnya tidak saya cek karena saya anggap sudah cukup
baik termasuk oli yang pada saat kami melakukan perjalanan ke Bandung baru di
pakai sejauh kira-kira 500 km.
Beberapa hari sebelum melakukan perjalanan saya melihat berita di beberapa media TV bahwa ada
kemacetan yang cukup panjang akibat banjir setinggi 50 cm dan bahkan lebih
di beberapa wilayah di kota Bandung.
Karena hal itu maka saya memutuskan untuk membawa busi cadangan untuk mengatisipasi
hal yang tidak diinginkan apabila saya harus melewati rute yang terkena dampak
banjir itu. Selain itu saya juga membawa sebuah ban dalam untuk mengantisipasi hal-hal
yang tidak diinginkan karena ban motor saya depan dan belakang adalah ban tubeless.
Itulah empat hal utama yang sangat kami perhatikan dan
persiapkan sebelum melakukan perjalanan. Hal ini kami lakukan karena kami tidak
mengetahui kondisi medan yang akan kami tempuh. Kalaupun saya pernah touring menuju kawah putih di tahun 2008
itupun saya lupa bagaimana kondisi jalan pada saat itu.
Mungkin hal itu bisa menjadi tips yang sedikit membantu
bagi para sobat bikers yang ingin melakukan touring
ke Bandung atau kota-kota lain yang lebih jauh lagi.
Saya lanjutkan ceritanya...
Akhirnya pada Sabtu 29 Desember 2012 setelah Sholat Subuh kami berangkat pukul 05.30
dari rumah kami yang berjarak sekitar 4 km dari stasiun bojong gede ke arah
parung. Sebelum berangkat tentu kami berdoa dan tidak lupa saya mencatat km awal di speedometer yang
menunjukkan angka 56.545,0. Sebelumnya
motor saya isi bensin full tetapi
sudah di pakai perjalanan sekitar 13 km walaupun begitu garis fuelmeter digital
masih menunjukkan di garis yang paling atas yaitu garis yang ke enam.
Perjalanan kami tempuh dengan cukup lancar di pagi itu sampai di wilayah mega mendung
antrian dan kepadatan kendaraan sudah terjadi walaupun tidak terlalu panjang,
maklumlah karena hari itu adalah long
year end holiday. Sampai di SPBU sebelum tanjakan curam di daerah tugu
cisarua, fuelmeter menunjukkan sudah
berada di garis ke tiga dan di SPBU tugu itulah kami berhenti untuk mengisi
bensin. Bensin saya isi 2.22 liter dengan harga 10 ribu. Perjalanan kami
lanjutkan. Sampailah kami di pasar Cipanas dan pada saat itu waktu menunjukkan
pukul 07.05 artinya perjalanan kami dari rumah sampai pasar cipanas sekitar 1,5
jam dan itu mengindikasikan perjalanan kami cukup lancar, tetapi kami tidak
berhenti di situ, kami tetap melanjutkan perjalanan.
Kira-kira 13 km setelah pertigaan Cianjur yang mengarah ke Bandung kami memutuskan untuk
berhenti lagi karena fuelmeter sudah
berada di garis ketiga dan kami mengisi bensin dengan jumlah yang sama seperti
di daerah tugu tadi. Di jalan Raya Bandung yang terbentang dari pertigaan
cianjur sampai padalarang dengan panjang sekitar 45 km, motor saya pacu sampai
kecepatan yang saya batasi hanya di angka 80
km/jam walaupun beberapa kali melaju sampai melebihi 95 km/jam. Dengan
kecepatan seperti ini sobat bikers bisa menelusuri jalan ini dengan waktu
tempuh sekitar 40 menit. Jalan raya bandung ini memang jalanan yang relativ
sedikit jumlah kendaraannya dan dengan trek lurus yang sangat panjang didukung
dengan kondisi aspal yang cukup mulus sangat memungkinkan sobat bikers
mengarahkan kecepatan motornya sampai di atas 100 km/jam. Di beberapa blog yang
pernah saya baca mereka sampai melaju di kecepatan 110 sampai 150 km/jam.
Tips dari saya, para sobat bikers tetap harus
hati-hati menjaga kontrol kendaraan yang disesuaikan dengan kondisi kendaraan
masing-masing karena cukup banyak kendaraan besar yang melaju di jalan ini
seperti truck, tronton, mobil bak kapasitas besar, dan juga bus AKAP jurusan
Bandung.
Setelah melaju sekitar 40 km dengan kecepatan tinggi
dari pertigaan Cianjur, Sobat bikers dihadapkan dengan jalanan
menanjak yang berkelok-kelok dikombinasi pemandangan alam yang luar biasa
indahnya. Bagi sobat bikers yang melakukan perjalanan
sendiri kondisi jalan seperti ini tentu sangat menantang karena sangat memacu
adrenalin dan membutuhkan skill
mengemudi yang tinggi, tapi untuk sobat bikers yang touring dengan berkelompok 10 motor atau lebih saya sarankan berhati-hati
karena motor yang satu dengan motor yang lain mungkin bisa terpisah dari
rombongan.
Biasanya di jalanan menanjak dan berkelok ini relatif
macet dan terdapat antrian panjang kendaraan yang berjalan pelan. Penyebabnya
adalah banyak truk-truk besar atau tronton yang membawa beban yang sangat berat
melaju dengan sangat lambat di trek ini sehingga menyebabkan mobil-mobil lain
di belakangnya harus berjalan pelan menyesuaikan. Trek dengan panjang lintasan
sekitar 10 km ini bisa sobat bikers temui sekitar 7 km setelah sobat bikers
menemui pertigaan yang mengarah ke waduk
cirata.
Setelah melewati multi tikungan yang menajak itu kami
memasuki wilayah Padalarang dan Cimahi yang cukup macet. Dari daerah
ini kami hanya mengikuti papan petunjuk jalan yang sangat membantu dan
memudahkan kami menuju tempat yang kami inginkan yaitu arah ke stasiun Bandung. Kira-kira satu jam
setelah kami memasuki padalarang barulah kami sampai di stasiun Bandung
kemudian berbelok ke arah kiri sedikit menuju paskal hypersquare. Setelah sampai di Paskal Hypersquare kami
langsung menuju Zzz Backpacker Express
Hotel. Di sana kami check in dan
beristirahat sebentar.
Setelah itu kami melanjutkan perjalanan menuju ke puncak Gunung Tangkuban Perahu. Rute
yang kami tempuh dari Paskal Hypersquare menuju Gunung Tangkuban Perahu
sangatlah mudah, kami hanya lurus saja sampai pasar lembang. Walaupun begitu jalanan cukup padat dan merayap
karena hari itu adalah libur akhir tahun. Beberapa titik yang cukup macet
adalah di depan Rumah Sakit Hasan
Sadikin, di wilayah gegerkalong
dan terminal ledeng, dan menjelang
pertiggan pasar lembang. Sebelumnya
beberapa kilometer setelah terminal ledeng kami kembali mengisi bensin sejumlah
Rp.10.000 karena indikator fuelmeter
Digital sudah berada di garis ke dua.
Dari pertigaan ini kami berbelok ke kiri menuju Gunung Tangkuban Perahu. Kurang lebih
10 menit dari pertigaan itu sampailah kami di pintu masuk kawasan wisata alam
Gunung Tangkuban Perahu. Untuk dua orang dan satu motor kami harus
menggeluarkan uang Rp. 31.000 untuk
membayar tiket masuk. Setelah
melewati loket ini, trek yang kami hadapi kembali menantang. Kali ini bukan skill berkendara saya yang diuji oleh
trek tetapi murni kemampuan motor yang mempunyai kapasitas mesin 125cc itu. Walaupun kondisi aspal cukup mulus tetapi trek
cukup menanjak agak curam sehingga motor hanya saya pacu dengan persneling di
posisi satu sehingga otomatis hanya melaju pelan sekali. Sekitar 15 menit kami
melewati trek itu akhirnya kami sampai di puncak
Gunung Tangkuban Perahu. Waktu yang kami habiskan untuk sampai di Gunung
Tangkuban Perahu dari Paskal Hypersquare sekitar 1 jam 40 menit. Waktu yang
cukup lama untuk menempuh jarak sekitar 26,5 km. Jam di smartphone ku sudah menunjukkan waktu 11.40 ketika kami sampai. Itu
artinya 6 jam 10 menit yang harus kami habiskan di jalan mulai dari rumah kami
di Bojong Gede sampai di Puncak Gunung Tangkuban Perahu. Saya pikir mungkin
waktu tempuh ini bisa lebih singkat jika kami melakukan perjalaan bukan pada
saat long year end holiday.
Setelah puas menikmati alam Gunung Tangkuban Perahu kami
beristirahat untuk sholat Zuhur yang
kami jama’ dengan sholat Ashar. Musholla di Kawasan wisata alam ini cukup nyaman dan bersih serta
cukup besar untuk menampung para wisatawan yang jumlahnya cukup banyak yang
ingin menunaikan sholat. Tetapi sangat di sayangkan masalah penataan alas kaki
para jamaah atau wisatawan yang menunaikan sholat kurang tertata rapi sehingga
sedikit mengganggu kenyamanan beribadah. Mungkin jika Musholla ini mengadopsi
penataan atau penyimpanan alas kaki yang di lakukukan di Mesjid At-Taawun di kawasan Puncak Bogor, kenyamanannya bisa
menjadi lebih baik lagi.
Setelah menunaikan sholat kami langsung menuju ke tempat
parkir motor untuk segera melanjutkan agenda kami selanjutnya yaitu mencari dan
mensurvey villa yang akan kami gunakan untuk acara tafakkur alam beberapa bulan
kedepan.
Setelah keluar dari kawasan wisata alam Gungung
Tangkuban Perahu, kami langsung arahkan motor kami menuju arah pulang. Beberapa
ratus meter setelah melewati pasar
lembang kami melihat adanya tikungan ke kanan. Setelah kami berbelok ke kanan barulah kami
mengetahui ternyata itu adalah jalan
kolonel masturi. Kami akhirnya menelusuri jalan itu untuk mencari villa
yang kami inginkan.
Villa yang akhirnya telah kami survey ini mungkin bisa
jadi referensi sobat bikers. Jalan Kolonel Masturi adalah jalan yang cukup
panjang yang terbentang mulai dari cimahi sampai lembang. Tempat pertama yang
kami survey adalah CIC (Ciwangun Indah
Camp). Harga sewa villa yang
ditawarkan disini berkisar dari 2,5 -
4,5 juta permalam. Villa ini dilengkapi dengan banyak fasilitas outbond yang menantang. Villa bantal guling adalah tempat yang
kami survey selanjutnya. Villa ini menyewakan perkamar dengan harga perkamar mulai dari 250 – 500 ribu permalam untuk week day.
Setelah mensurvey villa bantal guling kami memutuskan
untuk kembali ke hotel backpacker
untuk beristirahat. Karena kami tidak mengenal wilayah dan jalan-jalan di kota
Bandung maka tidak jauh setelah turun melewati terminal ledeng entah jalan mana
yang kami lewati tahu-tahu kami sudah berada di jalan Ciamphelas yang cukup macet karena libur akhir tahun. Karena
bingung di mana dan harus kemana posisi kami untuk sampai di jalan pasir
kaliki, maka kami bertanya kepada salah
seorang yang berada di pinggir jalan. Tidak berapa lama akhirnya kami tiba di
hotel untuk beristirahat.
Sekitar jam tujuh malam kami keluar untuk mencari makan
malam. Kami berkeliling kota Bandung walaupun entah jalan mana yang telah dan
akan kami lewati. Jalanan macet dan kebingungan kami bercampur menjadi satu saat
kami menentukan tujuan untuk menuju ke lapangan
Gasibu (Gabungan Sepak Bola Indonesia Bandung Utara) yang katanya terletak
di depan Gedung Sate yang menjadi
pusat pemerintahan Provinsi Jawa Barat. Setelah cukup lama kami berkeliling
kota akhirnya kami tidak menemukan tempat yang kami tuju yaitu lapangan Gasibu. Kami pun berhenti
sejenak untuk kembali mengisi bensin sejumlah Rp.10.000 karena garis pada fuelmeter tinggal tersisa dua. Setelah
mengisi bensin kami putuskan untuk langsung menuju arah hotel. Akhirnya kami berhenti
di depan stasiun Bandung untuk makan
nasi goreng yang terdapat di trotoar pinggir jalan. Setelah itu kami
kembali ke hotel untuk istirahat dan tidur.
Keesokan harinya setelah kami mandi dan merapikan
barang-barang, kami bersiap untuk melanjutkan perjalanan, tetapi sebelumnya
kami sarapan pagi dengan beberapa lembar roti bakar dan selai strowbery beserta segelas teh manis hangat yang kami buat
sendiri yang memang di sediakan oleh pihak hotel backpacker. Tepat jam 07.15
kami check out dan melanjutkan
perjalanan. Karena villa yang kami survey di hari sebelumnya menurut kami tidak
ada yang memenuhi syarat untuk kami jadikan kegiatan tafakkur alam, di pagi itu kami kembali mencari dan mensurvey villa
Kami kembali menuju arah lembang, tetapi baru beberapa ratus meter setelah melewati UPI (Universitas Pendidikan Indonesia)
kami belok ke kiri untuk menuju daerah Parongpong
dan Jalan kolonel Masturi. Melalui jalan ini sobat bikers akan melewati tempat
wisata yang cukup terkenal di daerah lembang yaitu Kampung Gajah.
Villa yang pertama kami datangi di pagi itu adalah Villa Allesa. Villa Allesa terletak di
wilayah nagrak kulon yang juga bisa
di akses melalui jalan kolonel masturi. Villa Allesa adalah villa pribadi yang
disewakan untuk umum. Secara kebetulan ketika kami datang ke villa itu ternyata
ada pemiliknya. Harga sewa yang
ditawarkan untuk week end 2,5 juta
permalam. Harga ini sebanding dengan view yang ditampilkan. View dari
teras atas villa ini luar biasa
indahnya. Sobat bikers pasti akan terpana
dengan lama dan tidak akan menatap dengan bosan ketika menikmati keindahan alam
tanpa adanya pepohonan tinggi yang menghalangi pandangan kita dari teras atas
villa ini. Seolah-olah villa ini berada di tepi lembah yang indah.
Selanjutnya yang kami datangi adalah Villa Istana Bunga (VIB). VIB merupakan
kawasan dengan banyak villa yang
disewakan untuk umum. Sobat bikers bisa memilih tipe villa yang sobat bikers
ingin sewa. Harga sewa permalam cukup terjangkau untuk sobat bikers yang ingin mengadakan acara keluarga atau berkelompok
5 - 30 orang atau lebih. Harga tergantung dari jenis Villa dan view pemandangan
alam yang bisa dilihat dari Villa tersebut. Villa terakhir yang kami kunjungi
dan survey adalah villa merah di
puncak kebun teh PTPN VIII di daerah
Sukawana. Lagi-lagi villa ini bisa
di tempuh melalui jalan kolonel masturi. Harga
sewa untuk week day dan week end sama saja yaitu 1,5 juta permalam. Villa ini cukup besar bisa menampung kira-kira
20 orang. View yang ditampilkan dari villa ini adalah hamparan luas kebun teh.
Penjaga villa menawarkan guiding
untuk jalan pagi menelusuri kebun teh dengan panjang trek yang bisa disesuaikan oleh keinginan tamu,
penjaga villa juga menawarkan guiding
untuk menuju kawah tangkuban perahu
dengan 3 jam berjalan kaki melalui kebun
teh.
Tidak terasa waktu sudah menunjukkan 09.45. Agenda kami
yang belum terlaksana adalah menuju kawah
putih dan situ patengan tetapi
dengan melihat kondisi waktu maka sesaat saya membuka google maps utuk
mengkalkulasi jarak dan waktu yang dibutuhkan untuk menuju ke dua lokasi wisata
tersebut. Ternyata jarak dari villa
merah sampai menuju kawah putih sekitar 65
km. Tanpa melihat estimasi waktu yang tertera pada google maps saya
langsung memperkirakan sendiri waktu yang akan kami tempuh menuju kawah putih
di saat long year end holiday seperti
ini mungkin bisa lebih dari 2 jam. Sejenak hasil perkiraan jarak google maps
dan perhitungan waktu yang saya perhitungkan saya sampaikan kepada istri saya.
Setelah berdiskusi kami memutuskan untuk tidak menuju ke dua lokasi wisata
tersebut.
Setelah dari villa
merah kami lanjutkan perjalanan menuju ke lokasi wisata yang tidak terlalu
jauh dari villa merah. Kami penasaran dengan wisata kampung gajah. Janganlah sobat bikers membayangkan kampung
gajah adalah lokasi wisata dengan banyak gajah dan sobat bikers akan bisa
berpetualang dengan gajah. Dinamakan kampung gajah karena di depan pintu
masuknya terdapat beberapa patung gajah dengan ukuran yang cukup besar. Kampung
gajah adalah kawasan wisata dengan banyak wahana permainan seperti halnya Dunia Fantasi di Ancol atau Trans Studio
di Bandung, yang membedakan adalah
wahana permainan di kampung gajah lebih bersifat menyatu dengan alam walaupun
ada beberapa yang berkaitan dengan otomotif dan teknologi.
Setelah membayar tiket
masuk Rp.20.000 per orang kami diberikan brosur yang berisi tentang semua
permainan yang terdapat di kampung gajah. Kami langsung berfikir betapa
murahnya wisata di kampung gajah dengan tiket masuk yang murah tetapi bisa
menikmati seluruh permainan yang ada di dalamnya. Ternyata kekaguman kami akan
murahnya wisata di kampung gajah hanya bertahan beberapa menit saja. Sesaat
setelah kami masuk lebih dalam dan bertanya kepada salah satu karyawan penjaga
salah satu wahana, kami di beritahu kalau untuk menikmati seluruh wahana kami
harus membeli tiket terusan seharga
Rp.200.000 per orang. Kami agak terkejut karena selain perkiraan kami salah,
budget kami pun sudah menipis. Tanpa fikir panjang kami pun langsung memutuskan
untuk keluar dari lokasi wisata kampung gajah
dan menuju arah pulang ke rumah kami di Bojong Gede.
Dari kampung gajah motor langsung saya jalankan ke arah
parongpong untuk masuk ke jalan kolonel
masturi, setelah itu menuju ke arah cimahi
dan padalarang. Saya fikir rute ini
relativ lebih cepat daripada harus melalui arah terminal ledeng untuk menuju cimahi yang kemungkinan atau pasti
akan macet. Setelah keluar dari cimahi kami pun masuk ke daerah padalarang yang
disambut dengan antrian panjang kendaraan. Di sana sudah terlihat sekali
jalanan yang begitu macet. Cukup lama kami harus menembut kepadatan kendaraan
yang hampir tidak bergerak itu sampai kami melewati pasar padalarang barulah
kami terbebas dari macet.
Beberapa ratus meter setelah melewati pasar padalarang indikator
fuelmeter sudah berada di garis ke
dua dan untuk ke sekian kalinya motor saya isi dengan 2.22 liter bensin seharga Rp.10.000.
Tidak jauh dari SPBU ini terdapat
trek yang saya sukai sebagai seorang bikers yaitu trek multi tikungan yang
menantang. Berbeda pada saat berangkat yang macet dan harus menanjak bersaing
dengan truck besar dan bis AKAP yang berjalan pelan, kali ini trek tersebut
lancar, saya pun sangat menikmati trek itu.
Sesampainya di pertigaan Cianjur yang mengarah ke
Cibodas, hujan turun cukup deras dan kami pun harus berhenti sejenak untuk
menggunakan jas hujan. Sesampainya di
pasar Cipanas mulai terjadi kemacetan. Kemacetan ini kami alami hingga kami
sampai di mesjid At-Taawun puncak. Tepat jam 14.30 kami sampai di mesjid ini.
Itu artinya kami menghabiskan waktu 4
jam perjalanan mulai dari kampung gajah di lembang sampai di mesjid At-Taawun puncak. Di mesjid ini kami
berhenti sejenak untuk istirahat makan siang sambil menunggu adzan untuk sholat Ashar di jamak dengan Zuhur.
Sekitar jam 16.00 kami melanjutkan perjalanan, tetapi
tidak langsung pulang, kami menuju ke bukit
paralayang yang menjadi landasan untuk olah raga aerosport. Rp.12.000 adalah
uang yang harus kami keluarkan untuk membeli tiket masuk menuju bukit itu. Di atas bukit banyak terdapat orang
yang sudah datang lebih dulu dari kami. Dari atas bukit itu kami bisa menikmati
keindahan alam ciptaan Allah yang luar biasa indahnya dan dari bukit itu juga
kami bisa melihat jalanan puncak yang berkelok-kelok.
Tidak lama kami berada di sana, karena kabut yang tebal
di sertai rintik hujan, kami memutuskan untuk turun bukit dan langsung pulang.
Akhirnya kami tiba di rumah pukul 18.50. sekitar 2 jam perjalanan kami dari
atas bukit itu sampai ke rumah.
Setelah sholat
Maghrib dan beristirahat sejenak, saya kembali memperhatikan fuelmeter yang
masih tersisa dua baris. Saya agak terkejut karena pengisian bensin terakhir
dilakukan di daerah padalarang. Itu artinya dari padalarang sampai rumah kami
di Bojong gede hanya menghabiskan 4 garis atau setara kira-kira 1,6 liter bensin dan itu pun masih
tersisa dua garis. Setelah itu saya juga memperhatikan speedometer yang berada di angka 56.974,6. Itu artinya jika di bandingkan dengan angka di speedometer sebelum berangkat, maka 429,6 km adalah total jarak yang kami tempuh
selama liburan dari rumah menuju Bandung dan kembali ke rumah dengan 6 kali
pengisian bensin sejumlah Rp.60.000.
Dari cerita ini mungkin bisa sedikit membantu sobat bikers yang ingin touring
ke Bandung atau wilayah lain dengan
total jarak tempuh yang cukup jauh. Pesan dari saya sebelum menutup cerita ini,
UTAMAKAN SAFETY RIDING DAN JANGAN LUPA BERDOA..!!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar